JAKARTA - Konsep pendidikan yang diusung Ki Hajar
Dewantara dalam memajukan pendidikan orang pribumi seharusnya bisa
menjadi acuan sistem pendidikan nasional. Terlebih lagi, konsep
pendidikan Bapak Pendidikan Nasional itu bersifat untuk memerdekakan
manusia baik dari aspek hidup lahiriah maupun aspek batin.
Nyatanya, ungkap Pengamat Pendidikan Abduhzen, sistem pendidikan
Tanah Air saat ini masih berfokus pada teori yang mengharuskan generasi
muda kita menghafal data-data di sekolah.
"Belum maksimal dalam memberikan kemampuan berpikir, karena
pembelajaran selama ini lebih banyak pada mengisi pikiran saja," ujarnya
kepada Okezone, belum lama ini.
Abduhzen mengimbuhkan, pelajar Indonesia kini lebih banyak diharuskan
menghafal lantaran kemampuan itulah yang akan dipakai saat ujian
nasional. Para pendidik lupa mengajarkan pemahaman atas konsep yang
dipelajari para siswa. Guru, ujarnya, kurang mengoptimalkan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran.
"Padahal siswa perlu terlibat. Itu sebabnya pembelajaran harus
bersifat terbuka, sehingga siswa bisa mengekpresikan pikirannya. Mereka
juga bisa berekspresi dengan tubuhnya dan perasaannya sehingga kemampuan
berpikirnya berkembang. Karena tindakan manusia itu kan berdasarkan
atas apa yang ada dipikirkannya," paparnya.
Kondisi berbeda akan terlihat pada siswa yang hanya dicekoki
informasi dan diharuskan menghafalnya. Mereka, kata Abduhzen, tidak bisa
berekspresi dengan baik tentang apa yang dirasakan dan dipikirkannya.
"Jadi mereka juga akan kurang pengalaman," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar